Headlines

KPK Luruskan Informasi Soal Perkom Ortaka No. 7 Tahun 2020



(TO - Jakarta) - Juru Bicara PLT Bidang Penindakan Ali Fikri Melalui rilis pers nya yang disampaikan langsung  kepada Media Kamis, (19/11/2020), tentang Penjelasan  terkait  Perkom Ortaka KPK    Melalui Peraturan Komisi  (Perkom) No. 7 Tahun 2020 KPK  melakukan penataan  organisasi  sebagai  wujud  pelaksanaan  UU  No.  19  Tahun  2019 tentang  Perubahan  Kedua atas Undang Undang No.  30 Tahun 2002 tentang Komisi  Pemberantasan Korupsi. Penataan  organisasi dilakukan  dengan  memperhatikan  rencana  strategis pimpinan KPK periode 2020 s.d  2024 strategi yang diterapkan  dalam mengakselerasi  pemberantasan korupsi, melalui  tiga pendekatan.


Dijelaskan Ali Fikri, Pertama,  melalui pendidikan antikorupsi  atau  biasa  dikenal  dengan pendekatan  preventif  dilakukan  untuk  meniadakan  itikad/keinginan untuk  melakukan  korupsi. Kedua,  melalui  perbaikan  sistem  atau  berbaikan  kebijakan  yang  disebut juga  pendekatan  preventif. Dilakukan  dengan  menutup  celah  yang  dapat dimanfaatkan  untuk  melakukan  korupsi Ketiga, melalui kegiatan penindakan (penyelidikan-penyidikanpenuntutan)  atau  dikenal  dengan  istilah  represif  yang  menimbulkan  efek jera  sehingga  orang  takut  untuk  melakukan  korupsi. Ketiga  pendekatan  tersebut  dilakukan  secara  paralel  dan  terkait  satu  dengan lainnya. Perlu  kami  sampaikan  juga  beberapa  hal  terkait  Perkom  tersebut,  yaitu: 

Terkait  perubahan  struktur.  Pada  prinsipnya  pengembangan  struktur adalah  untuk  meningkatkan  efektifitas  dan  efisiensi  pelaksanaan  tugas dengan  menyesuaikan  pengembangan  fungsi/tugas  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  6  dan  7  maupun  perubahan-perubahan  lain  yang terjadi  pasca  revisi  UU. 2.  KPK  juga  telah  melakukan  pembahasan  dengan  instansi  terkait,  antara lain  dengan  Kemenpan  RB  dan  Kemenkumham  terkait  perubahan struktur.  Penataan  organisasi  ini  membuka  ruang  penambahan  jabatan, juga  penghapusan  beberapa  jabatan  dan  ada  beberapa  jabatan  yang dimasukkan  ke  dalam  kelompok  jabatan  lainnya.

3. Alasan  menambah  Kedeputian  Pendidikan : - KPK  telah  melakukan  kajian  internal  dengan  kesimpulan  dan rekomendasi  salah  satunya  membentuk  kelembagaan  Kedeputian Bidang  Pendidikan  dan  Peran  Serta  Masyarakat  dalam Pemberantasan  Korupsi   Hal  ini  merespon  ketentuan  Pasal  7  ayat  (1)  huruf  c,  d,  dan  e  UU  No. 19/2019  yang  mengamanatkan  adanya  program  pendidikan  yang lebih  intensif. 4.  Terkait  Kedeputian  Koordinasi  dan  Supervisi : - UU  tidak  mengamanatkan  pembentukan  perwakilan  KPK  di  daerah Tugas  Koordinasi  dan  Supervisi  sebelumnya  sudah  dikerjakan  oleh KPK,  namun  merupakan  unit  di  bawah  kedeputian  Pencegahan  dan Penindakan.  Mengingat  kedua  tugas  tersebut  sangat  penting,  perlu untuk  diperkuat  dari  aspek  kelembagaannya  dengan  membentuk suatu  kedeputian.  

Dijelaskan Kembali bahwa Hal  ini  sesuai  dengan  tugas  KPK  sebagaimana yang  diatur  di  dalam  pasal  6  huruf  b  dan  d  UU  19/2019.bahwa Tugas  Dewan  Pengawas  dan  Inspektorat: 

Fungsi  pengawasan  sebelumnya  dilakukan  oleh  Direktorat Pengawasan  Internal  (PI)  yang  melaksanakan  tugas  dan  fungsi menerima  dan  menindaklanjuti  laporan  dari  masyarakat  terkait dugaan  pelanggaran  etik  dan  pelanggaran  disiplin  pegawai. Pembentukan  Dewas  merupakan  amanat  Pasal  37B  UU  19/2019, antara  lain : 

Melaksanakan  tugas  menerima  dan  menindaklanjuti laporan  dari  masyarakat  terkait  dugaan  pelanggaran  etik.  Sehingga, sebagian  tugas  dan  karena  kewenangan  PI  ini  telah  diambil  alih  oleh dewas.   Sedangkan  pemeriksaan  disiplin  ke  depan  menjadi  tugas  Inspektorat dan  Direktorat  PI  dihapuskan. Sedangkan  tugas  Dumas  tetap  dilaksanakan  dengan  mengganti nomenklatur  menjadi  Direktorat  Layanan  Pelaporan  dan  Pengaduan Masyarakat  dibawah  tugas  Kedeputian  Informasi  dan  Data/Inda sebagai  pusat  Big  Dat.


a. Pembentukan  Staff  Khusus Adanya  staff  khusus  ini  adalah  menggantikan  fungsi  penasihat,  yang aturannya  telah  dicabut  oleh  UU  19/2019. Staff  khusus  sebagaimana  penasihat  KPK  sebelumnya  tidak  melekat kepada  komisioner  secara  perorangan.  Staff  khusus  berjumlah  paling banyak  5  orang  untuk  memenuhi  kebutuhan  terkait  5  bidang strategis,  yaitu :

1. bidang  teknologi  informasi. 
2. sumber  daya  alam  dan  lingkungan.
3. hukum  korporasi  dan  kejahatan  transnasional.
4. manajemen  dan  sumber  daya  manusia.
5. ekonomi  dan  bisnis.

Proses  pembuatan  Perkom:Perkom  ini  merupakan  amanat  dari  PP  41/2020  sebagai  aturan turunan  dari  UU  19/2019. Perkom  ini  menjadi  prasyarat  sebelum  adanya  peraturan  alih  status pegawai  KPK  menjadi  ASN  (Pasal  7  PP  41/2020:  yaitu pengangkatan pegawai  KPK  dalam  jabatan  ASN  dilaksanakan  setelah  struktur organisasi  dan  tata  kerja  KPK  yang  baru  ditetapkan).

Sehingga  proses berikutnya  tidak  dapat  dilakukan  jika  Perkom  ini  belum  diterbitkan Proses  penyusunan  Perkom  ini  sudah  sejak  Maret  2020.  Perkom  ini hasil  pemikiran  bersama  dan  telah  dibahas  terbuka  di  internal  KPK sejak  bulan  Juli  2020.

Terkait  pengisian  jabatan-jabatan  yang  kosong  sesuai  Perkom  ini,  kami pastikan  mekanisme  dan  proses  pengisian  jabatan  ke  depan  akan dilakukan  dengan  tetap  mengedepankan  prinsip  terbuka,  transparan, independen,  dan  akuntabel  seperti  proses  rekrutmen  yang  selama  ini berjalan, Jelas Ali Fikri.


(MP/red)

Targetoperasi.com Copyright © 2017

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.